PENINGKATAN TEKNOLOGI MELALUI PENGUATAN PENDIDIKAN
Rendahnya angka penguasaan masyarakat terhadap teknologi menjadikan
Indonesia sebagai bangsa konsumtif terhadap produk-produk teknologi impor. Dibutuhkan
solusi konkret melalui penguatan pendidikan terhadap generasi muda untuk
mewujudkan pengembangan teknologi yang unggul dan berdaya saing secara global.
Dewasa ini kehidupan manusia seolah dimanjakan
oleh kecanggihan teknologi yang semakin mewujud dalam kemutakhirannya. Mulai
dari produk-produk yang sifatnya sederhana sampai yang kompleks pun tak luput
dari peran teknologi. Barang-barang
tersebut diakui
sebagai hasil dari kecanggihan
teknologi
yang seakan telah melesat jauh dari peradaban kuno.
Bagi manusia di abad modern ini teknologi memiliki posisi yang sangat vital
dalam segala aspek kehidupan. Apabila melihat dari sudut pandang maknanya, teknologi sendiri didefinisikan sebagai metode ilmiah untuk mencapai
tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan. Menurut Poerbahawadja Harahap dalam bukunya “Ensiklopedi Pendidikan”, memaknai
teknologi sebagai ilmu yang meyelidiki cara-cara kerja di dalam teknik. Melihat
catatan sejarah, perkembangan teknologi berlangsung secara evoluif. Hal
itu dapat dilihat pada lembar histori zaman Romawi kuno. Saat itu
tampak orientasi bidang teknologi berupa pemikiran dan hasil kebudayaan. Lebih lanjut, permulaan teknologi masuk pada abad ke-20 di
zaman Romawi kuno. Istilah-istilah teknologi pertama kali digunakan oleh Philips pada tahun
1706 dalam sebuah judul buku “Teknologi:
Deskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin”. Seiring bergulirnya waktu,
banyak penemuan tentang penciptaan teknologi yang selalu menunjukkan perubahan bentuk
(model) yang lebih baik daripada sebelumnya. Tidak heran jika teknologi semakin
berkembang dengan sangat pesat. Hal ini pada akhirnya membuat manusia menempatkan teknologi sebagai kebutuhan pokok.
Masih rendah
Peranan teknologi dalam konteks ke-Indonesiaan saat ini merupakan kebutuhan yang
sangat mendasar untuk mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasalnya
tolok ukur kemajuan suatu negara salah satunya didasarkan atas seberapa jauh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh bangsanya. Hal ini beralasan karena ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal primer dari setiap aspek kehidupan manusia.
Seperti Indonesia yang sekarang ini sebagai kategori negara berkembang,
bangsa ini mau tidak mau dituntut untuk mampu menguasai perkembangan teknologi
yang semakin pesat. Akan tetapi,
fakta yang tidak bisa dipungkiri saat ini Indonesia masih dianggap belum mampu maju dan
bahkan menyaingi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan
negara-negara lain. Oleh karenanya, di dalam Undang-Undang Tahun 2011 Pasal 4 Ayat
4 dijelaskan bahwa pemerintah Indonesia membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi informasi seoptimal mungkin.
Armida Alisjahbana, seorang Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia sekaligus Kepala Bappenas periode 2009-2014 mengatakan bahwa pemanfaatan atas kemajuan teknologi di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kurangnya angka kontribusi
ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor indrustri serta sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia (Kompas, 26/03/15).
Tidak hanya itu, berdasarkan rilis data dari United for Development Program (UNDP) pada tahun 2013 lalu, indeks pencapaian
teknologi di Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara. Melihat rendahnya kemajuan teknologi di
Indonesia sangat terlihat dari minimnya porsi anggaran pemerintah untuk penelitian. Melirik realitas tersebut dapat dibilang perkembangan teknologi di Indonesia khususnya dalam sektor ilmu pengetahuan masih tergolong sangat rendah.
Penguatan pendidikan
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara yang paling konsumtif di dunia. Hal itu dapat dilihat dari
tingginya daya beli masyarakat Indonesia. Salah satu Chief Executive Officer (CEO) produsen smartphone mencatat bahwa Indonesia membeli hampir seperempat
lebih produksi ponsel mereka, sisanya
kemudian dibeli seluruh penduduk dunia yang lain.
Hal di atas merupakan salah satu fenomena yang sangat jelas bahwa Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menjadi negara produsen teknologi dibandingkan dengan negara lain. Selama ini Indonesia masih menjadi konsumen impor produk-produk teknologi
dari negara lain. Bandingkan dengan negara lain, China misalnya, meskipun memiliki
populasi penduduk terpadat di dunia (CIA World Factbook tahun 2015 bahwa penduduk China
mencapai 1.367.485.388 jiwa). China bisa mengelola
Sumber Daya Manusia (SDM) dan bisa mengimbangi serta bahkan mampu bersaing dengan negara lain dalam hal penguasaan teknologi. Pasalnya, negeri tirai bambu ini memang
sangat terkenal dengan kecanggihan pembuatan alat komunikasinya. Fakta yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa dalam konstelasi dunia, Indonesia
menjadi salah satu pusaran perdagangan internasional, termasuk produk China.
Sehingga banyak sekali produk-produk teknologi hasil buatan China kerap membanjiri
pasar Indonesia. Tidak heran jika Indonesia berdasarkan
data laporan United Nation
of Enviroment Program (UNEP) tahun 2012, tercatat
sebagai negara paling konsumtif nomor empat se-Asia
pasifik yang sebelumnya diduduki oleh negara Brazil.
Melihat realita tersebut sudah seharusnya menjadikan masyarakat Indonesia
sadar bahwa penguasaan teknologi di negeri pertiwi ini masih tertinggal dan
perlu untuk senantiasa dikembangkan secara berkelanjutan. Hal ini tak lain supaya
masyarakat Indonesia bisa terbebas dari jerat pola konsumtif yang selama ini
kian membudaya secara akut. Tawaran solusi dari permasalahan ini adalah dengan
membangun dan mengembangkan SDM melalui penguatan pendidikan berbasis
teknologi. Sehingga tantangan ke depan adalah bagaimana mempersiapkan sumber
daya unggul yang siap bersaing dalam penguasaan teknologi secara global.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penguatan pendidikan harus benar-benar menjadi perhatian bangsa pada saat ini. Mengingat populasi penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan
laporan terbaru dari data
sosial ekonomi edisi 68 Januari 2016 Badan Pusat Statistik, penduduk Indonesia Juni 2014
berjumlah 252.164,8 ribu orang.
Berdasarkan laporan CIA World Factbook tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat
keempat populasi penduduk terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Ditambah lagi piramida penduduk Indonesia saat ini termasuk tipe expansive, di mana sebagian besar penduduk berada
pada kelompok umur muda. Tipe expansive yang
dicirikan dengan dominasi usia produktif (bonus demografi) dalam mengembangkan
teknologi Indonesia perlu dikelola secara profesional, yakni melalui penguatan pendidikan
berbasis teknologi. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan sebagai prioritas utama dalam
pembangunan manusia demi mewujudkan pengembangan teknologi yang unggul dan berdaya saing secara
global perlu senantiasa digerakkan secara terus menerus. Pasalnya, berbagai kalangan ilmuwan memandang bahwa
pendidikan merupakan jalan yang mampu menjadi solusi yang konprehensif dalam
menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, termasuk stagnancy pengembangan teknologi yang dihadapi oleh Indonesia saat
ini.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda