Sabtu, 12 Maret 2016

PENINGKATAN TEKNOLOGI MELALUI PENGUATAN PENDIDIKAN



Rendahnya angka penguasaan masyarakat terhadap teknologi menjadikan Indonesia sebagai bangsa konsumtif terhadap produk-produk teknologi impor. Dibutuhkan solusi konkret melalui penguatan pendidikan terhadap generasi muda untuk mewujudkan pengembangan teknologi yang unggul dan berdaya saing secara global.  
Dewasa ini kehidupan manusia seolah dimanjakan oleh kecanggihan teknologi yang semakin mewujud dalam kemutakhirannya. Mulai dari produk-produk yang sifatnya sederhana sampai yang kompleks pun tak luput dari peran teknologi. Barang-barang tersebut diakui sebagai hasil dari kecanggihan teknologi yang seakan telah melesat jauh dari peradaban kuno. Bagi manusia di abad modern ini teknologi memiliki posisi yang sangat vital dalam segala aspek kehidupan. Apabila melihat dari sudut pandang maknanya, teknologi sendiri didefinisikan sebagai metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan. Menurut Poerbahawadja Harahap dalam bukunya “Ensiklopedi Pendidikan”, memaknai teknologi sebagai ilmu yang meyelidiki cara-cara kerja di dalam teknik. Melihat catatan sejarah, perkembangan teknologi berlangsung secara evoluif. Hal itu dapat dilihat pada lembar histori zaman Romawi kuno. Saat itu tampak orientasi bidang teknologi berupa pemikiran dan hasil kebudayaan. Lebih lanjut, permulaan teknologi masuk pada abad ke-20 di zaman Romawi kuno. Istilah-istilah teknologi pertama kali digunakan oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah judul buku “Teknologi: Deskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin”. Seiring bergulirnya waktu, banyak penemuan tentang penciptaan teknologi yang selalu menunjukkan perubahan bentuk (model) yang lebih baik daripada sebelumnya. Tidak heran jika teknologi semakin berkembang dengan sangat pesat. Hal ini pada akhirnya membuat manusia menempatkan teknologi sebagai kebutuhan pokok.
Masih rendah
Peranan teknologi dalam konteks ke-Indonesiaan saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar untuk mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasalnya tolok ukur kemajuan suatu negara salah satunya didasarkan atas seberapa jauh ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh bangsanya. Hal ini beralasan karena ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal primer dari setiap aspek kehidupan manusia.
Seperti Indonesia yang sekarang ini sebagai kategori negara berkembang, bangsa ini mau tidak mau dituntut untuk mampu menguasai perkembangan teknologi yang semakin pesat. Akan tetapi, fakta yang tidak bisa dipungkiri saat ini Indonesia masih dianggap belum mampu maju dan bahkan menyaingi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan negara-negara lain. Oleh karenanya, di dalam Undang-Undang Tahun 2011 Pasal 4 Ayat 4 dijelaskan bahwa pemerintah Indonesia membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin.
Armida Alisjahbana, seorang Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia sekaligus Kepala Bappenas periode 2009-2014 mengatakan bahwa pemanfaatan atas kemajuan teknologi di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kurangnya angka kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor indrustri serta sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia (Kompas, 26/03/15).
Tidak hanya itu, berdasarkan rilis data dari United for Development Program (UNDP) pada tahun 2013 lalu, indeks pencapaian teknologi di Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara. Melihat rendahnya kemajuan teknologi di Indonesia sangat terlihat dari minimnya porsi anggaran pemerintah untuk penelitian. Melirik realitas tersebut dapat dibilang perkembangan teknologi di Indonesia khususnya dalam sektor ilmu pengetahuan masih tergolong sangat rendah.
Penguatan pendidikan  
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara yang paling konsumtif di dunia. Hal itu dapat dilihat dari tingginya daya beli masyarakat Indonesia. Salah satu Chief Executive Officer (CEO) produsen smartphone mencatat bahwa Indonesia membeli hampir seperempat lebih produksi ponsel mereka, sisanya kemudian dibeli seluruh penduduk dunia yang lain.
Hal di atas merupakan salah satu fenomena yang sangat jelas bahwa Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menjadi negara produsen teknologi dibandingkan dengan negara lain. Selama ini Indonesia masih menjadi konsumen impor produk-produk teknologi dari negara lain. Bandingkan dengan negara lain, China misalnya, meskipun memiliki populasi penduduk terpadat di dunia (CIA World Factbook tahun 2015 bahwa penduduk China mencapai 1.367.485.388 jiwa). China bisa mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) dan bisa mengimbangi serta bahkan mampu bersaing dengan negara lain dalam hal penguasaan teknologi. Pasalnya, negeri tirai bambu ini memang sangat terkenal dengan kecanggihan pembuatan alat komunikasinya. Fakta yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa dalam konstelasi dunia, Indonesia menjadi salah satu pusaran perdagangan internasional, termasuk produk China. Sehingga banyak sekali produk-produk teknologi hasil buatan China kerap membanjiri pasar Indonesia. Tidak heran jika Indonesia berdasarkan data laporan United Nation of Enviroment Program (UNEP) tahun 2012, tercatat sebagai negara paling konsumtif nomor empat se-Asia pasifik yang sebelumnya diduduki oleh negara Brazil.  
Melihat realita tersebut sudah seharusnya menjadikan masyarakat Indonesia sadar bahwa penguasaan teknologi di negeri pertiwi ini masih tertinggal dan perlu untuk senantiasa dikembangkan secara berkelanjutan. Hal ini tak lain supaya masyarakat Indonesia bisa terbebas dari jerat pola konsumtif yang selama ini kian membudaya secara akut. Tawaran solusi dari permasalahan ini adalah dengan membangun dan mengembangkan SDM melalui penguatan pendidikan berbasis teknologi. Sehingga tantangan ke depan adalah bagaimana mempersiapkan sumber daya unggul yang siap bersaing dalam penguasaan teknologi secara global.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penguatan pendidikan harus benar-benar menjadi perhatian bangsa pada saat ini. Mengingat populasi penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan terbaru dari data sosial ekonomi edisi 68 Januari 2016 Badan Pusat Statistik, penduduk Indonesia Juni 2014 berjumlah 252.164,8 ribu orang. Berdasarkan laporan CIA World Factbook tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat keempat populasi penduduk terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Ditambah lagi piramida penduduk Indonesia saat ini termasuk tipe expansive, di mana sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda. Tipe expansive yang dicirikan dengan dominasi usia produktif (bonus demografi) dalam mengembangkan teknologi Indonesia perlu dikelola secara profesional, yakni melalui penguatan pendidikan berbasis teknologi. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan manusia demi mewujudkan pengembangan teknologi yang unggul dan berdaya saing secara global perlu senantiasa digerakkan secara terus menerus. Pasalnya, berbagai kalangan ilmuwan memandang bahwa pendidikan merupakan jalan yang mampu menjadi solusi yang konprehensif dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, termasuk stagnancy pengembangan teknologi yang dihadapi oleh Indonesia saat ini.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda